Banggai, BP -- Perusahaan PT. JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi di Desa Slamet Harjo Kecamatan Moilong Kabupaten Banggai hingga kini belum ada nampak yang memiliki program Corporate Social Responsblity (CSR) terhadap warga sekitar.
Tokoh Masyarakat Suyadi mengatakan "Penerapan program CSR merupakan satu keharusan dan tanggung jawab sosial dan moral perusahaan terhadap warga sekitar," katanya, (07/09/19).
Suyadi menambahkan dari laporan masyarakat yang diterima pihaknya belum ada Maksimal perusahaan yang menerapkan program CSR secara berkelanjutan dan terarah.
“Sebagai perusahaan yang mengeksploitasi potensi sumber daya alam, seharusnya tidak hanya sekadar meningkatkan produktifitas tetapi ada sejumlah tanggung jawab sosial yang harus dilaksanakan sesuai undang-undang,” ujarnya.
Dia menegaskan perusahaan memiliki tanggung jawab sosial dan moral untuk ikut bersama membangun daerah dimana tempat mereka beroperasi.
Imbas dari keberadaan perusahaan tersebut dapat dirasakan masyarakat sekitar. Sebaliknya manakala terjadi hal-hal yang tak diinginkan yang pertama kali mendapat dampak buruk juga warga sekitar perusahaan.
"Kasus ini sudah beberapa kali terjadi saat limbah perusahaan pabrik dan Rencana mulai pembakaran Dulur Pengeboran tersebut di Desa Slamet Harjo jebol mencemari kebisingan dan dampak Masyarakat yang membuat UMKN Ayam Petelur akan kehilangan usaha,” ujar Yadi.
Imbas lain, Dalam hal ini, Tadi mengatakan sejatinya pemerintah harus ikut andil mengawal dan memberikan sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan program CSR.
Suyadi juga meminta Pemda Banggai dan DPRD Banggai mendorong terlaksananya penerapan CSR agar program tersebut dapat membantu masyarakat sekitar. Menurut Yadi selain menjamin terealisasinya program CSR perusahaan juga memudahkan penyalurannya. Karena itu, ia menyarankan agar pola penyaluran CSR dilakukan dengan penyalurannya lebih transparsi dan terbuka.
“Kalau sudah ada lembaga yang menangani maka dana CSR itu lebih transparan, jelas mana perusahaan yang memenuhi kewajibannya. Jangan seperti selama ini alasan perusahaan bermacam-macam, ada yang bilang rugi padahal sudah beroperasi bertahun-tahun dan anehnya semua bilang rugi,” tutup suyadi. (AGS-red)
Tokoh Masyarakat Suyadi mengatakan "Penerapan program CSR merupakan satu keharusan dan tanggung jawab sosial dan moral perusahaan terhadap warga sekitar," katanya, (07/09/19).
Suyadi menambahkan dari laporan masyarakat yang diterima pihaknya belum ada Maksimal perusahaan yang menerapkan program CSR secara berkelanjutan dan terarah.
“Sebagai perusahaan yang mengeksploitasi potensi sumber daya alam, seharusnya tidak hanya sekadar meningkatkan produktifitas tetapi ada sejumlah tanggung jawab sosial yang harus dilaksanakan sesuai undang-undang,” ujarnya.
Dia menegaskan perusahaan memiliki tanggung jawab sosial dan moral untuk ikut bersama membangun daerah dimana tempat mereka beroperasi.
Imbas dari keberadaan perusahaan tersebut dapat dirasakan masyarakat sekitar. Sebaliknya manakala terjadi hal-hal yang tak diinginkan yang pertama kali mendapat dampak buruk juga warga sekitar perusahaan.
"Kasus ini sudah beberapa kali terjadi saat limbah perusahaan pabrik dan Rencana mulai pembakaran Dulur Pengeboran tersebut di Desa Slamet Harjo jebol mencemari kebisingan dan dampak Masyarakat yang membuat UMKN Ayam Petelur akan kehilangan usaha,” ujar Yadi.
Imbas lain, Dalam hal ini, Tadi mengatakan sejatinya pemerintah harus ikut andil mengawal dan memberikan sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan program CSR.
Suyadi juga meminta Pemda Banggai dan DPRD Banggai mendorong terlaksananya penerapan CSR agar program tersebut dapat membantu masyarakat sekitar. Menurut Yadi selain menjamin terealisasinya program CSR perusahaan juga memudahkan penyalurannya. Karena itu, ia menyarankan agar pola penyaluran CSR dilakukan dengan penyalurannya lebih transparsi dan terbuka.
“Kalau sudah ada lembaga yang menangani maka dana CSR itu lebih transparan, jelas mana perusahaan yang memenuhi kewajibannya. Jangan seperti selama ini alasan perusahaan bermacam-macam, ada yang bilang rugi padahal sudah beroperasi bertahun-tahun dan anehnya semua bilang rugi,” tutup suyadi. (AGS-red)
Tidak ada komentar: